Sabtu, 01 November 2014

4K 1Apple



4K 1Apple | Little Deer


Ini  tidak  nyata  tapi  aku  merasakannya.  Semua  hanya  mimpi. Semua  akan  baik-baik  saja.
Aku  tidak  tahu  ini.  Tapi  aku  tahu  kau  ada.
Aku  tidak  banyak  berharap.
Tetap  disini  dan  biarkan  perasaanku.
Itu   cukup.


|| 4K 1Apple ||


Author: Little Deer
Cast: –Choi Jin Ri  -Kim Jong In  –Kim Min Seok  –Kim Joon Myun  –Kim Jong Dae
Length: One Shot
Genre: Romance, Family


|| 4K 1Apple ||


Ini gila. Jin Ri mengerang frustasi lalu mengacak rambutnya. Ia berjalan sambil mengayunkan tas merah yang ia pegang. Pakaian berantakan, rambut acak-acakan dan sepatu dengan hak yang sudah terlepas. Demi Dewa Neptunus dia benar-benar terlihat menyedihkan sekarang.

Tidak cukup buruk dengan keadaanya saat ini sekarang benda tidak tahu diri itu terus menjerit untuk minta diangkat. Jin Ri menghembuskan nafasnya kasar, mengaduk-aduk isi tasnya lalu meraih ponselnya. “Yobosey−  Ani…Mmm, arraso…Ne, nanti aku hubungi lagi.”
Jin Ri memasukan kembali ponselnya. Ntah nasib sial apa lagi yang akan dia dapatkan. Perusahaan orang tuanya yang tiba-tiba failed, kuliahnya yang terancam putus di tengah jalan dan ditambah krisis finansial yang tengah melanda keluarganya.

Jin Ri berhenti di depan rumah kawasan Gangnam, sambil melihat secarik kertas yag dipegangnya lalu menekan bel rumah tersebut. Selanjutnya terdengar suara laki-laki dariinterkom. “Choi Jin Ri-sii silahkan masuk.”

 Jin Ri sedikit merapikan penampilannya lalu masuk melewati pagar besi yang terbuka secara otomatis lalu mendorongnya sampai tertutup. Jin Ri menaiki anak-anak tangga menuju rumah besar itu. Rumah berlantai dua yang cukup besar, dengan tembok putih, beranda luas dan banyak jendela kaca. Jauh lebih besar dari rumahnya.

Jin Ri berhenti mengamati rumah itu setelah menyadari seorang laki-laki dengan kaus longgar kelabu dan celana hitam panjang sudah menunggu di depan pintu.

 Jika tidak salah Kim Min Seok. Jin Ri berusaha mengingat nama orang yang pernah ia hubungi sebelumnya. “Annyeonghaseyo Min Seok-sii.” Jin Ri menyapa sambil sedikit menunduk.

“Senang melihatmu Jin Ri-sii. Silahkan masuk, aku akan menjelaskan apa saja yang akan kau kerjakan disini.” Jin Ri mengikuti Min Seok sambil mendengarkan arahan yang diberikan olehnya, sesekali Jin Ri memperhatikan sekeliling rumah yang tertata dengan rapi. Sudah serapi ini kenapa masih butuh kepala pelayan?. Jin Ri menggelengkan kepalanya cepat.

“Jadi Jin Ri-sii tugasmu hanya mengawasi kerja para pelayan disini. Jam kerjamu dari pukul sembilan pagi sampai sepuluh malam dan setiap hari sabtu kau diliburkan,” jelas Min Seok. Jin Ri mengangguk mengerti. “Lalu kapan saya bisa bekerja?”

“Sekarang. Kurasa tidak buruk. Sebentar lagi aku akan pergi ke kantor. Jika ada yang tidak kau mengerti kau bisa bertanya kepada salah satu pelayan disini. Setelah makan malam nanti aku akan memperkenalkanmu pada adikku.” Jin Ri hanya mengangguk. “Baiklah,itu saja. Selamat bekerja Jin Ri-sii”

“Ne, khamsahamnida,” ucap Jin Risedikit membungkuk. Jin Ri kembali memperhatikan sekeliling rumah setelah Min Seok pergi.

Jika diperhatikan saat Min Seok tersenyum dia sangat mirip dengan So Hee personelWonder Girls. Salah satu grup idola favorit Jin Ri. Jin Ri terkekeh sendiri saat membandingkan senyuman So Hee dengan Min Seok. Sangat mirip.

Jin Ri memperhatikan photo frame yang ditata rapi sedemikian rupa disudut ruangan. Jin Ri menyeritkan alisnya begitu melihat foto keluarga berukuran besar yang di pajang di dinding tengah ruangan. Wanita paruh baya, laki-laki paruh baya dan empat anak laki-laki.

Empat anak laki-laki? “Bukankah dikeluarga ini hanya ada tiga anak lai-laki. Jika dua orang ituadiknya, lalu satu lagi siapa?” Jin Ri memegang dagunya tampak sedang berpikir. “Mungkin saja itu−”

“Choi Jin Ri-sii.”

Jin Ri langsung menoleh ke belakang mendengar namanya dipanggil. Tapi tidak ada siapapun dibelakangnya. Seketika itu juga dia merasa bulu kuduknya merinding.

“Nona Jin Ri-sii disini kau dibayar untuk bekerja bukan bersantai.” Jin Ri mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Seorang laki-laki dengan kulit tan mengenakan kaus v neck hitam dan celana jeans senada tengah bersandar di dinding sambil memakan apel. “Dan lagi nona Jin Ri-sii, hyung membayarmu untuk memperhatikan kerja para pelayan disini bukan memperhatikan wajahku,” ucapnya ketus.

Jin Ri mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengucek matanya dengan punggung tangan seperti orang bodoh. Laki-laki itu –Kim Jong In–  berdecak dan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan keidiotan Jin Ri. “Aku tahu aku tampan jadi biasa saja.” Tidak ada respon berarti dari Jin Ri. “Ini. Ayo ikut aku.” Jong In melemparkan sebuah apel pada Jin Ri dan berjalan melewatinya.

Jin Ri memandang apel yang ada di tangannya. “Nona siput bisakah kau lebih cepat?”  Seakan terhipnotis dengan perkataannya Jin Ri mengikutinya dari belakang tanpa banyak protes.

“Disini ada tujuh pelayan. Kau lihat ke bawah sana, itu mereka.” Jin Ri melihat ke arah yang di tunjuk oleh Jong In lalu mengangguk, salah satu kebiasaanya. “Kau lihat dia. Yang itu.” Tujuk Jong In pada salah satu pelayan yang sedang memegang majalah. “Namanya Min Ah. Yang memegang gelas So Jung, yang sedang menyapu Ah Rin, Jin Ah, Il Sang, Goo Rim, dan yang memakai kacamata itu Ah Jung.” Jin Ri memperhatikan dengan serius wajah-wajah yang sedang diperkenalkan Jong In.

“Kau mengerti?” Jin Ri menganggukan kepalanya lalu tersenyum lebar. “Anak anjing yang pintar.” Jong In menepuk kepala Jin Ri pelan.

“N-nde?” Jin Ri membulatkan matanya mendapat perlakuan seperti itu dari Jong In. “Tidak. Sekarang hampiri mereka dan perkenalkan dirimu,” ucap Jong In innocent. Jin Ri sendiri masih memandangi Jong In dengan tatapan yang sulit diartikan. “Tunggu apa lagi? Cepat!” Jong In meninggikan nada suaranya membuat Jin Ri tersentak dan cepat mengangguk lalu pergi turun menghampiri para pelayan yang Jong In perkenalkan tadi.

Jong In tertawa kecil melihat setiap ekspresi konyol yang Jin Ri tunjukan. Ntah kenapa membuat anak itu terlihat idiot merupakan suatu aktifitas baru yang menyenangkan untuk seorang Kim Jong In lakukan. Jong In menggelengkan kepalanya saat memperhatikan Jin Ri dibawah sana. “Anak anjing yang menarik.”


|| 4K 1Apple ||


“Senang berkenalan denganmu Jin Ri-ya.” Ah Jung dan Il Sang berkata bersamaan.

Tidak memakan banyak waktu Jin Ri sudah akrab dengan ke tujuh perempuan itu. “Jin Ri-ya kau pasti belum melihat Tuan Jong Dae.” Min Ah berkata dengan semangat. “Dia tampan, baik dan humoris. Tapi sedikit menyebalkan.” Min Ah melanjutkan.

“Jong Dae?” Jin Ri merasa asing dengan nama itu. “Ne, Kim Jong Dae adiknya Tuan Min Seok.” Goo Rim menambahkan.

Kim Jong Dae. Adik dari Min Seok-sii, mungkin dia orang yang tadi. Atau mungin juga tidak.Jin Ri mengangguk lalu menggidikan bahunya. “Waeyo Jin Ri-ya?” Tanya Ah Rin melihat tingkah Jin Ri. “Ah, ani.” Jin Ri menggoyangkan tangannya lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum.

“Jin Ri-ya apa yang kau pegang itu?” Jin Ah menunjuk benda yang di pegang Jin Ri dengan dagunya. “Ne, dari tadi kau selalu memegangnya.” So Jung menambahkan.

Jin Ri mengangkat benda yang sedari tadi di pegangnya lalu tersenyum. “Ini apel.”


|| 4K 1Apple ||


“Hyung, siapa dia?” Jong Dae menyikut lengan Joon Myun. “Molla. Pelayan baru mungkin.” Joon Myun menjawab tanpa mengalihkan pandanganya dari buku yang ia baca.

“Mwo? Dia? Pelayan?” Jong Dae memperhatikan Jin Ri yang sedang berbicara dengan Min Seok tidak jauh dari ruang makan. Detik berikutnya Jong Dae tertawa lepas. “Tidak mungkin.” Jong Dae menggelengkan kepalanya. “Dia terlalu cantik untuk jadi pelayan hyung.”

“Kim Jong Dae bisakah kau diam.” Joon Myun menutup bukunya lalu menatap Jong Dae tajam. “Mian hyung.” Jong Dae menggaruk tengukuknya sambil menyengir.

“Kalian sudah berkumpul rupanya.” Ucap Min Seok menghentikan perkelahian kecil diantara adiknya. “Perkenalkan ini Choi Jin Ri. Kepala pelayan baru kita.” Jin Risedikit membungkuk memberi salam. “Jin Ri-sii ini Joon Myun.” Min Seok memperkenalkan. “Dan yang ini Jong Dae.”

“Jong Dae? Kim Jong Dae.”
“Ne, itu namaku. Apa kita pernah kenal sebelumnya?” Jong Dae menanggapi gumaman Jin Ri.
Jin Ri menggoyangkan tangannya. “Ani. Senang berkenalan dengan kalian Joon Myun-sii dan Jong Dae-sii.”


|| 4K 1Apple ||


Jin Ri melepaskan gulungan rambutnya setelah sebelumnya keluar dari dapur untuk membantu Il Sang dan Ah Rin. Ini tepat satu minggu Jin Ri bekerja sebagai kepala pelayan yang baru di rumah itu. Selama satu minggu itu pula Jin Ri tidak pernah melihat laki-laki itu lagi.

Jin Ri sedikit merenggangkan ototnya yang terasa kaku.
Ia berhenti lalu berjongkok mengambil apel yang tergeletak di lantai lalu memandanginya dengan alis terangkat sampai sebuah tangan mengambil alih apel yang ada ditangannya. “Ini milikku.”

Laki-laki yang kemarin. Jin Ri membuka mulutnya ingin bertanya tapi tidak jadi. “Aku Jong In.” Jong In mengelap apel di tangannya dengan t-shirt yang ia kenakan. “Setidaknya kau bisa memanggilku begitu.”


|| 4K 1Apple ||


“Jadi Jong In-sii, pohon ini benar-benar kau yang menanamnya?” Jong In mengangguk. “Apa ini benar-benar pohon apel?” Jin Ri bergumam sendiri.

“Tentu saja. Aku dan Jong Dae hyung yang menanamnya.”
“Tapi tidak terlihat seperti pohon apel.”
“Ini pohon apel sungguhan.”
“Tapi tidak persis pohon apel sungguhan.”
“Dimana letak tidak persisinya?”
“Tidak ada apelnya.”

Jong In menepuk dahinya mendengar jawaban Jin Ri. “Nona Choi ini sudah memasuki musim gugur.”
“Mm, lalu?”
“Tentu saja tidak ada buahnya!”
“Ah, iya. Kau benar.”

Jong In menghela nafas. Ia tidak habis pikir dengan sikap Jin Ri. Sebenarnya Jin Ri itu polos atau bodoh. Jong In menggelengkan kepalanya.

“Kemarilah.” Jin Ri mengikuti Jong In duduk di bawah pohon itu. “Saat musim semi pohon ini terlihat lebih bagus.” Jin Ri mendongak melihat dedaunan yang mulai berwarna kuning kemerahan. “Tapi sekarang juga tidak buruk.” Jin Ri mengangguk membenarkan perkataan Jong In.

Untuk sesaat keheningan menyelimuti. Daun apel yang berwarna kuning kemerah berguguran, tiupan angin musim gugur yang mulai terasa dingin membuat pipi dan hidung Jin Ri memerah secara alami terkena terpaannya.

Jin Ri mendongak menatap daun-daun yang berguguran sambil sesekali menangkap daun yang tengah melayang di tiup angin. Jong In sendiri sibuk memperhatikan Jin Ri lalu tersenyum kecil.

“Jin Ri-sii.” Jin Ri bergumam menanggapi panggilan Jong In tanpa melepaskan perhatiannya dari daun-daun yang berguguran. “Maukah kau melihat pohon apel ini musim semi nanti bersamaku?”

Jin Ri mengalihkan fokusnya pada Jong In. Deg. Pemandangan itu. Daun berguguran, sinar matahari senja yang menerpanya dan senyuman itu. Jong In sedang tersenyum lembut padanya. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Darahnya berdesir menghasilkan sensasi hangat dan membuat pipinya merona.

Jin Ri cepat-cepat mengalihkan pandangannya. “Mm. Aku juga ingin melihatnya.” Jong In tersenyum lembut lalu menatap lurus kedepan.

“Sampai musim semi tiba,” Jong In menggantung kalimatnya. “Tetaplah disini.” Di sisiku.


|| 4K 1Apple ||


Ini bulan ketiga Jin Ri bekerja sebagai kepala pelayan di rumah itu. Musim gugurpun hampir berakhir dan digantikan dengan musim dingin.

Tiga bulan dan perasaan itu semakin berkembang. Tidak ada alasan untuk Jin Ri menekan perasaanya. Dia dan Jong In sangat serasi. Saling memamahami satu sama lain.

Pagi itu Jin Ri datang lebih cepat dari biasanya. Seperti pagi yang sudah-sudah Jin Ri merasa bersemangat untuk bekerja saat mengingat akan bertemu dengan dia. Jin Ri tersenyum kecil.

Jin Ri baru saja akan menekan bel tapi di urungkan melihat pagar rumah yang terbuka lebar. Dahi Jin Riberkerut melihat banyak orang di rumah itu.

Apa sedang ada acara? Tapi Min Seok tidak ada memberitahu. Jin Ri melangkah memasuki pekarangan rumah. Jin Ri merasakan ada yang ganjal. Semua orang mengenakan pakaian hitam dan.. Kenapa semua orang terlihat sedih?

Seketika itu juga perasaan Jin Ri menjadi tidak menentu. Cemas, takut, khawatir. Semuanya bercampur menjadi satu.

Jin Ri melewati orang-orang itu lalu bergegas masuk ke dalam. Seketika itu juga tenaganya seperti dikuras habis. Nyawanya seperti melayang ntah kemana.

Jin Ri terduduk lemah begitu melihat kejadian di depannya. Foto itu. Dia. Laki-laki itu. Kim Jong In. Jin Ri menggelengkan kepalanya kuat. “Ini tidak mungkin.” Jin Ri memukul dadanya yang terasa sesak.

“Ini tidak nyata.” Jin Ri masih bisa meningat. Apel itu, suara tawa itu, senyuman itu, sosoknya yang dapat membuat jantungnya berdetak dengan cepat dan pohon apel itu. Jin Ri merasa seluruh pasokan oksigen telah habis. Rasanya sakit dan sesak.

“Jin Ri-sii kau baik-baik saja?” Min Seok berlutut membantu Jin Ri berdiri.

“Hyung biar aku saja. Sebaiknya temani Joon Myun hyung diluar.” Min Seok mengangguk lalu menyerahkan Jin Ri pada Jong Dae.

Jong Dae membawa Jin Ri ke ruang tengah lalu mendudukannya. “Ini. Minumlah dulu Jin Ri-sii.” Jin Ri menerima gelas yang diberikan Jong Dae dengan tangan bergetar. Pandangannya kosong. Jin Ri seperti orang hilang ingatan yang tidak tahu kenapa ia bisa ada disitu dan apa yang ia lakukan.

“Kim Jong In. Dia adikku.” Jong Dae menarik nafas sebelum melanjutkan. “Dia koma sudah hampir enam tahun.” Jin Ri hampir melepaskan genggamannya pada gelas itu saat mendengar perkataan Jong Dae. Jong Dae yang menyadarinya langsung mengambil alih gelas itu dan meletakannya di atas meja. “Gwaenchana?” Jin Ri hanya mengagguk pelan.

Jong Dae menunduk dan menarik nafas lagi sebelum melanjutkan ceritanya. Jin Ri sendiri bisa merasakan betapa berat, sesak dan sakitnya.

“Enam tahun yang lalu saat orang tua kami meninggal dalam kecelakaan beruntun diIncheon. Jong In ada disana. Tapi dia tidak meninggal hanya koma.” Jin Ri meremas dadanya yang tiba-tiba terasa semakin sesak dan sakit. “Setidaknya kami masih punya sedikit harapan waktu itu.”

Sesaat suasanya menjadi hening. “Jong In itu anak yang baik dan ceria. Walaupun di luarnya dia terlihat dingin dan tidak perduli pada orang lain.” Jong Dae memejamkan matanya dan menarik nafas lagi. “Sebelum kejadian itu, aku dan Jong In menanam pohon apel di belakang rumah. Dia sangat suka apel.” Jong Dae tersenyum pahit mengingat semua hal yang Jong In suka. “Dia juga berkata jika sudah dewasa nanti ingin menikah dengan putri apel di musim semi dibawah pohon apel.” Air mata Jin Ri menetes tanpa bisa di kendalikan.

“Dia..” Jong Dae kehilangan kata-katanya untuk sementara waktu. “Dulu aku suka menertawainya.” Jong Dae kembali tersenyum getir mengingat masa-masa saat bersama dengan JongIn. “Aku kira semua akan baik-baik saja. Hanya menunggu dia sadar dan kembali seperti dulu.” Jong Dae berusaha agar tetap tegar. “Tengah malam tadi dokter menghubungi hyung. Dia mengatakan sudah tidak ada harapan lagi dan akhirnya–”

Jin Ri menutup telinganya dan menggelengkan kepalanya kuat. Bahunya bergetar. Dia terisak. Menangis sejadi-jadinya. Sosok itu. Kim Jong In tidak mungkin meninggalkannya. Jadi selama ini semuanya tidak nyata? Ini hanya mimpi? Tapi dia merasakan jika sosok Jong In itu nyata.

Jong Dae menggosok punggung Jin Ri berusaha menenangkannya walaupun dia sendiri tidak mengerti. Apa mereka saling mengenal?


|| 4K 1Apple ||


Spring, 29 April 2014.

Jin Ri menaiki bus yang baru saja berhenti. Sepanjang perjalanan Jin Ri menatap keluar jendela.

Jin Ri kini tidak lagi bekerja di rumah itu atau di manapun. Kehidupan perekonomian keluarganya sudah mulai bangkit walaupun belum pulih sepenuhnya.

Jin Ri turun dari bus, berjalan beberapa blok di kawasan Gangnam dan berhenti di sebuah rumah yang sangat familiar baginya. Jin Ri menekan bel rumah itu dan tidak berapa lama pagar terbuka secara otomatis.

Jin Ri menaiki anak tangga satu persatu sambil memandangi sekeliling. Sedikit senyum terlukis di wajahnya.

“Jin Ri-sii lama tak melihatmu. Silahkan masuk.” Joon Myun mempersilahkan Jin Ri masuk. “Jong Dae sedang keluar dan Min Seok hyung masih di kantor. Anggap saja rumah sendiri.” Jin Ri mengucapkan terimakasih sebelum Joon Myun masuk ke kamarnya.

Jin Ri memperhatikan foto-foto yang belum berubah sejak terakhir kali ia melihatnya. Jin Ri mengambil foto Jong In dan Jong Dae. Jin Ri tersenyum kecil melihat foto itu. Jong In yang mengenakan seragam sekolah menengah pertama terlihat sangat lucu.

Jin Ri menyempatkan untuk menyapa para pelayan disana lalu beranjak ke halaman belakang rumah.

Jin Ri memejamkan matanya saat angin musim semi menerpa wajahnya. Terasa hangat dan wangi. Jin Ri duduk di bawah pohon apel itu. Dia benar, pohon ini sangat indah ketika musim semi.

Jin Ri berdiri saat menyadari ada sesuatu yang tersangkut di sala satu dahan pohon itu. Walaupun sedikit sulit akhirnya Jin Ri dapat meraihnya.

Jin Ri membuka lapisan plastik yang sudah sangat usang itu. Dia menemukan sebuah jepit rambut berbentuk apel dan sebuah surat yang kertasnya sudah menguning.

Kau putri apelku. Maukah kau menikah denganku?

Jin Ri membekap mulutnya membaca isi surat itu. “Ya, aku bersedia.”  Jin Ri tersenyum walaupun sedikit terasa sesak di dadanya.

“Aww.” Jin Ri meringis saat sesuatu mengenai kepalanya. Apel? Jin Ri mengambil apel itu dan berdiri. Seketika itu juga dadanya berdebar kencang menghasilkan sensasi yang lama tak dirasakannya.

Sosok itu. Kim Jong In berdiri di hadapannya tersenyum lembut. Rasa lega dan bahagia menyelimuti hatinya. Dia tahu ini tidak nyata. Tapi biarkanlah.

Perlahan tangan besar itu menyentuh pipi Jin Ri. Jin Ri bisa merasakan kehangatannya. Dia tidak tahu ini nyata atau tidak tapi dia yakin Jong In ada.



Gomawo. Saranghae.”








END
|| 4K 1Apple ||




https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-frc3/s720x720/1234870_444342295683160_382315661_n.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar