4K 1Apple | Little Deer
Ini tidak nyata tapi aku merasakannya.
Semua hanya mimpi. Semua akan
baik-baik saja.
Aku tidak tahu ini. Tapi aku tahu
kau ada.
Aku tidak banyak berharap.
Tetap disini dan biarkan perasaanku.
Itu cukup.
|| 4K 1Apple ||
Author: Little Deer
Cast: –Choi Jin Ri -Kim Jong In –Kim Min Seok –Kim Joon
Myun –Kim Jong Dae
Length: One Shot
Genre: Romance, Family
|| 4K 1Apple ||
Ini gila. Jin Ri mengerang frustasi lalu mengacak rambutnya. Ia berjalan
sambil mengayunkan tas merah yang ia pegang. Pakaian berantakan, rambut
acak-acakan dan sepatu dengan hak yang sudah terlepas. Demi Dewa Neptunus dia benar-benar terlihat menyedihkan sekarang.
Tidak cukup buruk dengan keadaanya saat ini sekarang benda tidak tahu diri
itu terus menjerit untuk minta diangkat. Jin Ri menghembuskan nafasnya kasar,
mengaduk-aduk isi tasnya lalu meraih ponselnya. “Yobosey− Ani…Mmm,
arraso…Ne, nanti aku hubungi lagi.”
Jin Ri memasukan kembali ponselnya. Ntah nasib
sial apa lagi yang akan dia dapatkan. Perusahaan orang tuanya yang tiba-tiba failed, kuliahnya yang terancam putus di tengah jalan dan ditambah krisis
finansial yang tengah melanda keluarganya.
Jin Ri berhenti di depan rumah kawasan Gangnam, sambil melihat secarik kertas yag dipegangnya lalu menekan bel rumah
tersebut. Selanjutnya terdengar suara laki-laki dariinterkom. “Choi Jin
Ri-sii silahkan masuk.”
Jin Ri sedikit merapikan penampilannya lalu masuk melewati pagar besi
yang terbuka secara otomatis lalu mendorongnya sampai tertutup. Jin Ri menaiki
anak-anak tangga menuju rumah besar itu. Rumah berlantai dua yang cukup besar,
dengan tembok putih, beranda luas dan banyak jendela kaca. Jauh lebih besar
dari rumahnya.
Jin Ri berhenti mengamati rumah itu setelah menyadari seorang laki-laki
dengan kaus longgar kelabu dan celana hitam panjang sudah menunggu di depan
pintu.
Jika tidak salah Kim Min Seok. Jin Ri berusaha mengingat nama orang yang pernah ia hubungi sebelumnya.
“Annyeonghaseyo Min Seok-sii.” Jin Ri menyapa sambil sedikit menunduk.
“Senang melihatmu Jin Ri-sii. Silahkan masuk, aku akan menjelaskan apa saja
yang akan kau kerjakan disini.” Jin Ri mengikuti Min Seok sambil mendengarkan
arahan yang diberikan olehnya, sesekali Jin Ri memperhatikan sekeliling rumah
yang tertata dengan rapi. Sudah serapi ini kenapa masih butuh
kepala pelayan?. Jin Ri menggelengkan kepalanya cepat.
“Jadi Jin Ri-sii tugasmu hanya mengawasi kerja para pelayan disini. Jam
kerjamu dari pukul sembilan pagi sampai sepuluh malam dan setiap hari sabtu kau
diliburkan,” jelas Min Seok. Jin Ri mengangguk mengerti. “Lalu kapan saya bisa
bekerja?”
“Sekarang. Kurasa tidak buruk. Sebentar lagi aku akan pergi ke kantor. Jika
ada yang tidak kau mengerti kau bisa bertanya kepada salah satu pelayan disini.
Setelah makan malam nanti aku akan memperkenalkanmu pada adikku.” Jin Ri hanya
mengangguk. “Baiklah,itu saja. Selamat bekerja Jin Ri-sii”
“Ne, khamsahamnida,” ucap Jin Risedikit membungkuk. Jin Ri kembali
memperhatikan sekeliling rumah setelah Min Seok pergi.
Jika diperhatikan saat Min Seok tersenyum dia sangat mirip dengan So Hee personelWonder Girls. Salah satu grup idola favorit Jin Ri. Jin Ri
terkekeh sendiri saat membandingkan senyuman So Hee dengan Min Seok. Sangat mirip.
Jin Ri memperhatikan photo frame yang ditata rapi sedemikian rupa disudut
ruangan. Jin Ri menyeritkan alisnya begitu melihat foto keluarga berukuran
besar yang di pajang di dinding tengah ruangan. Wanita paruh baya, laki-laki
paruh baya dan empat anak laki-laki.
Empat anak laki-laki? “Bukankah dikeluarga ini hanya ada tiga anak
lai-laki. Jika dua orang ituadiknya, lalu satu lagi siapa?” Jin Ri memegang
dagunya tampak sedang berpikir. “Mungkin saja itu−”
“Choi Jin Ri-sii.”
Jin Ri langsung menoleh ke belakang mendengar namanya dipanggil. Tapi tidak
ada siapapun dibelakangnya. Seketika itu juga dia merasa bulu kuduknya
merinding.
“Nona Jin Ri-sii disini kau dibayar untuk bekerja bukan bersantai.” Jin Ri
mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Seorang laki-laki dengan kulit tan
mengenakan kaus v neck hitam dan celana jeans senada tengah
bersandar di dinding sambil memakan apel. “Dan lagi nona Jin Ri-sii, hyung
membayarmu untuk memperhatikan kerja para pelayan disini bukan memperhatikan
wajahku,” ucapnya ketus.
Jin Ri mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengucek matanya dengan
punggung tangan seperti orang bodoh. Laki-laki itu –Kim Jong In– berdecak
dan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan keidiotan Jin Ri. “Aku
tahu aku tampan jadi biasa saja.” Tidak ada respon berarti dari Jin Ri. “Ini.
Ayo ikut aku.” Jong In melemparkan sebuah apel pada Jin Ri dan berjalan
melewatinya.
Jin Ri memandang apel yang ada di tangannya. “Nona siput bisakah kau lebih
cepat?” Seakan terhipnotis dengan perkataannya Jin Ri mengikutinya dari
belakang tanpa banyak protes.
“Disini ada tujuh pelayan. Kau lihat ke bawah sana, itu mereka.” Jin Ri
melihat ke arah yang di tunjuk oleh Jong In lalu mengangguk, salah satu
kebiasaanya. “Kau lihat dia. Yang itu.” Tujuk Jong In pada salah satu pelayan
yang sedang memegang majalah. “Namanya Min Ah. Yang memegang gelas So Jung,
yang sedang menyapu Ah Rin, Jin Ah, Il Sang, Goo Rim, dan yang memakai kacamata
itu Ah Jung.” Jin Ri memperhatikan dengan serius wajah-wajah yang sedang
diperkenalkan Jong In.
“Kau mengerti?” Jin Ri menganggukan kepalanya lalu tersenyum lebar. “Anak
anjing yang pintar.” Jong In menepuk kepala Jin Ri pelan.
“N-nde?” Jin Ri membulatkan matanya mendapat perlakuan seperti itu dari
Jong In. “Tidak. Sekarang hampiri mereka dan perkenalkan dirimu,” ucap Jong In innocent. Jin Ri sendiri masih memandangi Jong In dengan tatapan yang sulit
diartikan. “Tunggu apa lagi? Cepat!” Jong In meninggikan nada suaranya membuat
Jin Ri tersentak dan cepat mengangguk lalu pergi turun menghampiri para pelayan
yang Jong In perkenalkan tadi.
Jong In tertawa kecil melihat setiap ekspresi konyol yang Jin Ri tunjukan.
Ntah kenapa membuat anak itu terlihat idiot merupakan suatu aktifitas baru yang
menyenangkan untuk seorang Kim Jong In lakukan. Jong In menggelengkan kepalanya
saat memperhatikan Jin Ri dibawah sana. “Anak anjing yang menarik.”
|| 4K 1Apple ||
“Senang berkenalan denganmu Jin Ri-ya.” Ah Jung dan Il Sang berkata
bersamaan.
Tidak memakan banyak waktu Jin Ri sudah akrab dengan ke tujuh perempuan
itu. “Jin Ri-ya kau pasti belum melihat Tuan Jong Dae.” Min Ah berkata dengan
semangat. “Dia tampan, baik dan humoris. Tapi sedikit menyebalkan.” Min Ah
melanjutkan.
“Jong Dae?” Jin Ri merasa asing dengan nama itu. “Ne, Kim Jong Dae adiknya
Tuan Min Seok.” Goo Rim menambahkan.
Kim Jong Dae. Adik dari Min Seok-sii, mungkin dia orang yang tadi. Atau
mungin juga tidak.Jin Ri mengangguk lalu menggidikan bahunya. “Waeyo Jin Ri-ya?” Tanya Ah Rin
melihat tingkah Jin Ri. “Ah, ani.” Jin Ri menggoyangkan tangannya lalu
menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum.
“Jin Ri-ya apa yang kau pegang itu?” Jin Ah menunjuk benda yang di pegang
Jin Ri dengan dagunya. “Ne, dari tadi kau selalu memegangnya.” So Jung
menambahkan.
Jin Ri mengangkat benda yang sedari tadi di pegangnya lalu tersenyum. “Ini
apel.”
|| 4K 1Apple ||
“Hyung, siapa dia?” Jong Dae menyikut lengan Joon Myun. “Molla. Pelayan
baru mungkin.” Joon Myun menjawab tanpa mengalihkan pandanganya dari buku yang
ia baca.
“Mwo? Dia? Pelayan?” Jong Dae memperhatikan Jin Ri yang sedang berbicara
dengan Min Seok tidak jauh dari ruang makan. Detik berikutnya Jong Dae tertawa
lepas. “Tidak mungkin.” Jong Dae menggelengkan kepalanya. “Dia terlalu cantik
untuk jadi pelayan hyung.”
“Kim Jong Dae bisakah kau diam.” Joon Myun menutup bukunya lalu menatap
Jong Dae tajam. “Mian hyung.” Jong Dae menggaruk tengukuknya sambil menyengir.
“Kalian sudah berkumpul rupanya.” Ucap Min Seok menghentikan perkelahian
kecil diantara adiknya. “Perkenalkan ini Choi Jin Ri. Kepala pelayan baru
kita.” Jin Risedikit membungkuk memberi salam. “Jin Ri-sii ini Joon Myun.” Min
Seok memperkenalkan. “Dan yang ini Jong Dae.”
“Jong Dae? Kim Jong Dae.”
“Ne, itu namaku. Apa kita pernah kenal sebelumnya?” Jong Dae menanggapi
gumaman Jin Ri.
Jin Ri menggoyangkan tangannya. “Ani. Senang berkenalan dengan kalian Joon
Myun-sii dan Jong Dae-sii.”
|| 4K 1Apple ||
Jin Ri melepaskan gulungan rambutnya setelah sebelumnya keluar dari dapur
untuk membantu Il Sang dan Ah Rin. Ini tepat satu minggu Jin Ri bekerja sebagai
kepala pelayan yang baru di rumah itu. Selama satu minggu itu pula Jin Ri tidak
pernah melihat laki-laki itu lagi.
Jin Ri sedikit merenggangkan ototnya yang terasa kaku.
Ia berhenti lalu berjongkok mengambil apel yang tergeletak di lantai lalu
memandanginya dengan alis terangkat sampai sebuah tangan mengambil alih apel
yang ada ditangannya. “Ini milikku.”
Laki-laki yang kemarin. Jin Ri membuka mulutnya ingin bertanya
tapi tidak jadi. “Aku Jong In.” Jong In mengelap apel di tangannya dengan t-shirt yang ia kenakan. “Setidaknya kau bisa memanggilku begitu.”
|| 4K 1Apple ||
“Jadi Jong In-sii, pohon ini benar-benar kau yang menanamnya?” Jong In
mengangguk. “Apa ini benar-benar pohon apel?” Jin Ri bergumam sendiri.
“Tentu saja. Aku dan Jong Dae hyung yang menanamnya.”
“Tapi tidak terlihat seperti pohon apel.”
“Ini pohon apel sungguhan.”
“Tapi tidak persis pohon apel sungguhan.”
“Dimana letak tidak persisinya?”
“Tidak ada apelnya.”
Jong In menepuk dahinya mendengar jawaban Jin Ri. “Nona Choi ini sudah
memasuki musim gugur.”
“Mm, lalu?”
“Tentu saja tidak ada buahnya!”
“Ah, iya. Kau benar.”
Jong In menghela nafas. Ia tidak habis pikir dengan sikap Jin Ri.
Sebenarnya Jin Ri itu polos atau bodoh. Jong In menggelengkan kepalanya.
“Kemarilah.” Jin Ri mengikuti Jong In duduk di bawah pohon itu. “Saat musim
semi pohon ini terlihat lebih bagus.” Jin Ri mendongak melihat dedaunan yang
mulai berwarna kuning kemerahan. “Tapi sekarang juga tidak buruk.” Jin Ri
mengangguk membenarkan perkataan Jong In.
Untuk sesaat keheningan menyelimuti. Daun apel yang berwarna kuning kemerah
berguguran, tiupan angin musim gugur yang mulai terasa dingin membuat pipi dan
hidung Jin Ri memerah secara alami terkena terpaannya.
Jin Ri mendongak menatap daun-daun yang berguguran sambil sesekali
menangkap daun yang tengah melayang di tiup angin. Jong In sendiri sibuk
memperhatikan Jin Ri lalu tersenyum kecil.
“Jin Ri-sii.” Jin Ri bergumam menanggapi panggilan Jong In tanpa melepaskan
perhatiannya dari daun-daun yang berguguran. “Maukah kau melihat pohon apel ini
musim semi nanti bersamaku?”
Jin Ri mengalihkan fokusnya pada Jong In. Deg. Pemandangan itu. Daun berguguran, sinar matahari senja yang menerpanya dan
senyuman itu. Jong In sedang tersenyum lembut padanya. Tiba-tiba saja
jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Darahnya berdesir menghasilkan
sensasi hangat dan membuat pipinya merona.
Jin Ri cepat-cepat mengalihkan pandangannya. “Mm. Aku juga ingin
melihatnya.” Jong In tersenyum lembut lalu menatap lurus kedepan.
“Sampai musim semi tiba,” Jong In menggantung kalimatnya. “Tetaplah
disini.” Di sisiku.
|| 4K 1Apple ||
Ini bulan ketiga Jin Ri bekerja sebagai kepala pelayan di rumah itu. Musim
gugurpun hampir berakhir dan digantikan dengan musim dingin.
Tiga bulan dan perasaan itu semakin berkembang. Tidak ada alasan untuk Jin
Ri menekan perasaanya. Dia dan Jong In sangat serasi. Saling memamahami satu
sama lain.
Pagi itu Jin Ri datang lebih cepat dari biasanya. Seperti pagi yang
sudah-sudah Jin Ri merasa bersemangat untuk bekerja saat mengingat akan bertemu
dengan dia. Jin Ri tersenyum kecil.
Jin Ri baru saja akan menekan bel tapi di urungkan melihat pagar rumah yang
terbuka lebar. Dahi Jin Riberkerut melihat banyak orang di rumah itu.
Apa sedang ada acara? Tapi Min Seok tidak ada memberitahu. Jin Ri melangkah
memasuki pekarangan rumah. Jin Ri merasakan ada yang ganjal. Semua orang
mengenakan pakaian hitam dan.. Kenapa semua orang terlihat sedih?
Seketika itu juga perasaan Jin Ri menjadi tidak menentu. Cemas, takut,
khawatir. Semuanya bercampur menjadi satu.
Jin Ri melewati orang-orang itu lalu bergegas masuk ke dalam. Seketika itu
juga tenaganya seperti dikuras habis. Nyawanya seperti melayang ntah kemana.
Jin Ri terduduk lemah begitu melihat kejadian di depannya. Foto itu. Dia.
Laki-laki itu. Kim Jong In. Jin Ri menggelengkan kepalanya kuat. “Ini tidak
mungkin.” Jin Ri memukul dadanya yang terasa sesak.
“Ini tidak nyata.” Jin Ri masih bisa meningat. Apel itu, suara tawa itu,
senyuman itu, sosoknya yang dapat membuat jantungnya berdetak dengan cepat dan
pohon apel itu. Jin Ri merasa seluruh pasokan oksigen telah habis. Rasanya
sakit dan sesak.
“Jin Ri-sii kau baik-baik saja?” Min Seok berlutut membantu Jin Ri berdiri.
“Hyung biar aku saja. Sebaiknya temani Joon Myun hyung diluar.” Min Seok
mengangguk lalu menyerahkan Jin Ri pada Jong Dae.
Jong Dae membawa Jin Ri ke ruang tengah lalu mendudukannya. “Ini. Minumlah
dulu Jin Ri-sii.” Jin Ri menerima gelas yang diberikan Jong Dae dengan tangan
bergetar. Pandangannya kosong. Jin Ri seperti orang hilang ingatan yang tidak
tahu kenapa ia bisa ada disitu dan apa yang ia lakukan.
“Kim Jong In. Dia adikku.” Jong Dae menarik nafas sebelum melanjutkan. “Dia
koma sudah hampir enam tahun.” Jin Ri hampir melepaskan genggamannya pada gelas
itu saat mendengar perkataan Jong Dae. Jong Dae yang menyadarinya langsung
mengambil alih gelas itu dan meletakannya di atas meja. “Gwaenchana?” Jin Ri
hanya mengagguk pelan.
Jong Dae menunduk dan menarik nafas lagi sebelum melanjutkan ceritanya. Jin
Ri sendiri bisa merasakan betapa berat, sesak dan sakitnya.
“Enam tahun yang lalu saat orang tua kami meninggal dalam kecelakaan
beruntun diIncheon. Jong In ada disana. Tapi dia tidak meninggal hanya
koma.” Jin Ri meremas dadanya yang tiba-tiba terasa semakin sesak dan sakit.
“Setidaknya kami masih punya sedikit harapan waktu itu.”
Sesaat suasanya menjadi hening. “Jong In itu anak yang baik dan ceria.
Walaupun di luarnya dia terlihat dingin dan tidak perduli pada orang lain.”
Jong Dae memejamkan matanya dan menarik nafas lagi. “Sebelum kejadian itu, aku
dan Jong In menanam pohon apel di belakang rumah. Dia sangat suka apel.” Jong
Dae tersenyum pahit mengingat semua hal yang Jong In suka. “Dia juga berkata
jika sudah dewasa nanti ingin menikah dengan putri apel di musim semi dibawah
pohon apel.” Air mata Jin Ri menetes tanpa bisa di kendalikan.
“Dia..” Jong Dae kehilangan kata-katanya untuk sementara waktu. “Dulu aku
suka menertawainya.” Jong Dae kembali tersenyum getir mengingat masa-masa saat
bersama dengan JongIn. “Aku kira semua akan baik-baik saja. Hanya menunggu dia
sadar dan kembali seperti dulu.” Jong Dae berusaha agar tetap tegar. “Tengah
malam tadi dokter menghubungi hyung. Dia mengatakan sudah tidak ada harapan
lagi dan akhirnya–”
Jin Ri menutup telinganya dan menggelengkan kepalanya kuat. Bahunya
bergetar. Dia terisak. Menangis sejadi-jadinya. Sosok itu. Kim Jong In tidak
mungkin meninggalkannya. Jadi selama ini semuanya tidak nyata? Ini hanya mimpi?
Tapi dia merasakan jika sosok Jong In itu nyata.
Jong Dae menggosok punggung Jin Ri berusaha menenangkannya walaupun dia
sendiri tidak mengerti. Apa mereka saling mengenal?
|| 4K 1Apple ||
Spring, 29 April 2014.
Jin Ri menaiki bus yang baru saja berhenti. Sepanjang perjalanan Jin Ri
menatap keluar jendela.
Jin Ri kini tidak lagi bekerja di rumah itu atau di manapun. Kehidupan
perekonomian keluarganya sudah mulai bangkit walaupun belum pulih sepenuhnya.
Jin Ri turun dari bus, berjalan beberapa blok
di kawasan Gangnam dan berhenti di sebuah
rumah yang sangat familiar baginya. Jin Ri menekan bel rumah itu dan tidak
berapa lama pagar terbuka secara otomatis.
Jin Ri menaiki anak tangga satu persatu sambil memandangi sekeliling.
Sedikit senyum terlukis di wajahnya.
“Jin Ri-sii lama tak melihatmu. Silahkan masuk.” Joon Myun mempersilahkan
Jin Ri masuk. “Jong Dae sedang keluar dan Min Seok hyung masih di kantor.
Anggap saja rumah sendiri.” Jin Ri mengucapkan terimakasih sebelum Joon Myun
masuk ke kamarnya.
Jin Ri memperhatikan foto-foto yang belum berubah sejak terakhir kali ia
melihatnya. Jin Ri mengambil foto Jong In dan Jong Dae. Jin Ri tersenyum kecil
melihat foto itu. Jong In yang mengenakan seragam sekolah menengah pertama
terlihat sangat lucu.
Jin Ri menyempatkan untuk menyapa para pelayan disana lalu beranjak ke
halaman belakang rumah.
Jin Ri memejamkan matanya saat angin musim semi menerpa wajahnya. Terasa
hangat dan wangi. Jin Ri duduk di bawah pohon apel itu. Dia benar, pohon ini
sangat indah ketika musim semi.
Jin Ri berdiri saat menyadari ada sesuatu yang tersangkut di sala satu
dahan pohon itu. Walaupun sedikit sulit akhirnya Jin Ri dapat meraihnya.
Jin Ri membuka lapisan plastik yang sudah sangat usang itu. Dia menemukan
sebuah jepit rambut berbentuk apel dan sebuah surat yang kertasnya sudah
menguning.
Kau putri apelku. Maukah kau menikah denganku?
Jin Ri membekap mulutnya membaca isi surat itu. “Ya, aku bersedia.”
Jin Ri tersenyum walaupun sedikit terasa sesak di dadanya.
“Aww.” Jin Ri meringis saat sesuatu mengenai kepalanya. Apel? Jin Ri
mengambil apel itu dan berdiri. Seketika itu juga dadanya berdebar kencang
menghasilkan sensasi yang lama tak dirasakannya.
Sosok itu. Kim Jong In berdiri di hadapannya tersenyum lembut. Rasa lega
dan bahagia menyelimuti hatinya. Dia tahu ini tidak nyata. Tapi biarkanlah.
Perlahan tangan besar itu menyentuh pipi Jin Ri. Jin Ri bisa merasakan
kehangatannya. Dia tidak tahu ini nyata atau tidak tapi dia yakin Jong In ada.
“Gomawo. Saranghae.”
END
|| 4K 1Apple ||

Tidak ada komentar:
Posting Komentar